Politik terasing dari agama? Keliru?

"Merupakan suatu kebaikan juga kalau politik masuk ke dalam agama, bukan untuk menkadikan agama sebagai tunggangan atau sebagai alat eksploitasi terhadap pihak lain, melainkan untuk menjadikan agama itu sebagai petunjuk agar terwujudnya suatu pemerintahan yang adil berdasarkan permesyuaratan dan setiakawan sosial untuk menkadikan agama itu sebagai suatu kekuatan pendorong agar politik itu menjadi alat penolong kebenaran, saran berbuat kebajikan; seta menjadi kekuatan pengawal agar politik tidak digunakan sebagai alat untuk berbuat kejahatan dan menyebarluaskan kerosakan akhlak.

Kalau semua yang tersebut di atas merupakan fungsi daripada agama secara amnya, maka agama Islam, secara khas, menolak adanya pemisahan antara agama dan politik, antara akidah dan syariat, antara ibadah dan muamalah, antara masjid dan pasar, serta antara iman dan kehidupan.

Tidak adanya pemishaan tersebut sudah lama diterapkan dalam sejarah Islam selama lebih dari tiga belas kurun lamanya. Setelah imperialisme Barat menyerang negara-negara Islam, menguasai berbagai aspek kehidupan serta menjadi satu-satunya pemilik kuasa dalam menentukan undang-undang, pengetahuan, pendidikan dan informasi, barulah terjadi banyak perubahan. Mereka kemudian mengarahkan dan mencorakkan negara-negara Islam menurut keinginan mereka.

Tetapi, kebangkitan Islam pada moden ini benar-benar telah menghapuskan perbuatan sesuka hati kaum imperialis sekaligus membuangkannya. Setelah benar-benar sirna, mulailah muncul kekuatan jati diri Islam yang tampak pada umatnya. Terbuktilah sunnatullah bahawa pada akhirnya kemenangan akan menjadi milik kebenaran dan hanya yang palingm ulia dan paling sesuailah yang akan wujud"

Dipetik dari buku 'Agama dan politik - Wawasan ideal dan menyanggah kekeliruan pemikiran sekular-liberal', karangan Prof Dr yusuf al Qardawi.


Saya tergelak apabila ada pengetua memberikan pengertian yang salah berkenaan politik. Mungkin itu bukan tajuk PhD beliau. Bersambung....

0 comments:

Post a Comment